Bahayakan Kesehatan Mental, Begini Cara Jitu untuk Menghindari Toxic Positivity
Pexels/Yan Krukov
SerbaSerbi

Dalam artikel WowKeren kali ini, tim redaksi telah merangkum sejumlah cara jitu yang bisa kamu lakukan untuk menghindari perilaku toxic positivity. Apa saja itu?

WowKeren - Toxic positivity adalah salah satu istilah yang sangat berkaitan dengan kesehatan mental. Seperti yang dibahas dalam artikel WowKeren sebelumnya, toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang terobsesi untuk selalu berpikir positif dan menolak semua emosi negatif.

Padahal emosi negatif juga perlu diekspresikan, karena jika terus disangkal dapat menyebabkan rusaknya kesehatan mental dan berbagai masalah lainnya. Seperti terjebak dalam hubungan yang buruk, menghambat potensi diri, menyebabkan rasa bersalah yang tidak perlu dan masih banyak lagi.


Toxic positivity sering kali tidak disadari, sehingga rentan menyerang siapa saja. Sebab kemunculannya sangat samar seperti dalam kalimat, "Kamu lebih beruntung, masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu", "Untuk apa terus bersedih? Padahal banyak yang lebih menderita dari kamu", "Jangan dipikirkan terus, ambil sisi positifnya aja!" dan masih banyak lagi.

Berkaitan dengan hal ini, tim WowKeren telah merangkum beberapa cara jitu yang bisa kamu lakukan untuk menghindari toxic positivity. Penasaran apa saja itu? Langsung saja yuk simak informasi lengkapnya dalam artikel di bawah ini.

(wk/eval)

1. Luangkan Waktu untuk Meluapkan Emosi


Luangkan Waktu untuk Meluapkan Emosi
Pexels/Andrea Piacquadio

Meluapkan emosi negatif dalam porsi yang wajar penting dilakukan agar tidak menumpuk dan meledak sewaktu-waktu. Karena itu, luangkan waktu untuk meluapkan emosi negatif agar kamu bisa menjadi lebih tenang setelahnya.

Caranya sangat mudah. Bisa dengan menangis, merenung, berteriak dan lain sebagainya. Setelah perasaanmu menjadi lebih nyaman, kamu bisa mencari solusi untuk masalah yang kamu hadapi. Dengan begitu, kamu tak akan terjebak dalam toxic positivity.

2. Berusaha Memahami, Bukan Menghakimi


Berusaha Memahami, Bukan Menghakimi
Pexels/Jep Gambardella

Salah satu ciri toxic positivity yang paling umum adalah memberi motivasi yang bersifat menghakimi. Orang yang sedang sedih biasanya ingin didengar dan dipahami, bukan malah dihakimi. Karena itulah kamu harus mampu mengambil keputusan bijak saat temanmu sedang menceritakan kesedihannya.

Alih-alih memberi saran, cukup jadikan dirimu sebagai pendengar yang baik agar bisa lebih memahami perasaannya. Sebaiknya jangan memberi saran atau pendapat jika tidak diminta, dan sebagai gantinya, kamu bisa memeluk temanmu agar perasaannya menjadi lebih tenang.

3. Jangan Membanding-Bandingkan


Jangan Membanding-Bandingkan
Pexels/Keira Burton

Membandingkan masalah yang kamu miliki dengan orang lain hanya akan membuatmu semakin terpuruk. Sebab tingkat ketahanan setiap orang berbeda-beda. Sesuatu yang kamu anggap mudah bisa saja terasa sulit bagi orang lain, begitupun sebaliknya.

Karena itu, alih-alih membanding-bandingkan diri sendiri dan orang lain, sebaiknya pahami dirimu dengan lebih baik. Kenali kekurangan dan kelebihanmu agar kamu dapat memaksimalkan potensi yang kamu miliki.

4. Kurangi Penggunaan Media Sosial


Kurangi Penggunaan Media Sosial
Pexels/Samson Katt

Media sosial adalah salah satu tempat berkembang biaknya toxic positivity karena bisa memicu munculnya rasa insecure. Misalnya saat melihat kesuksesan atau kebahagiaan orang lain, kita jadi iri dan memandang rendah diri sendiri. Jika terus berulang, hal ini hanya akan membuat kita semakin terpuruk.

Maka dari itu, penting untuk membatasi penggunaan media sosial dan fokus pada pengembangan potensi diri. Kamu juga bisa membisukan notifikasi dari orang-orang yang biasa "memamerkan kebahagiaannya" atau mereka yang "berbicara tentang bagaimana memiliki getaran positif" setiap hari.

5. Belajar Berpikir Realistis


Belajar Berpikir Realistis
Pexels/Michael Burrows

Terkadang tidak semua hal bisa diperbaiki, jadi penting untuk bersikap realistis dan menerima keadaan. Alih-alih terobsesi untuk berpikir positif, sebaiknya yakinkan dirimu bahwa keadaan akan menjadi baik-baik saja seiring dengan berjalannya waktu.

Belajar menerima memang tak semudah yang diucapkan, namun hal itu bukan tidak mungkin untuk dihadapi. Ingat, kamu tidak harus selalu bahagia dan tak masalah untuk tidak baik-baik saja.

6. Berbicara pada Orang yang Kamu Percaya


Berbicara pada Orang yang Kamu Percaya
Pexels/Alex Green

Menyembunyikan atau menutupi emosi negatif yang kita rasakan hanya akan membuat kita lebih tertekan. Oleh karena itu, bicarakan emosi negatif yang sedang kamu rasakan pada orang terdekat, entah itu keluarga, pasangan atau sahabat.

Selain itu, kamu juga bisa mencari dukungan dari terapis atau psikolog untuk mendapatkan penanganan profesional. Dengan membagikan masalahmu pada orang lain, kamu akan lebih mudah terhindar dari toxic positivity.

7. Tulis Apa yang Kamu Rasakan di Jurnal


Tulis Apa yang Kamu Rasakan di Jurnal
Pexels/Arina Krasnikova

Cara lain untuk menghindari toxic positivity adalah dengan meluapkan apa yang kita rasakan melalui tulisan. Menurut seorang psikolog bernama Beth Jacobs, Ph.D, jurnal seperti sebuah checkpoint antara perasaanmu dengan dunia. Jadi, jika kamu tak memiliki teman bicara atau enggan membagikan perasaanmu pada orang lain, tak ada salahnya untuk menuliskan hal itu di sebuah jurnal.

Menghilangkan toxic positivity memang tak semudah membalikkan telapak tangan, karena hal itu membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Perubahan tidak terjadi dengan cepat, jadi nikmati prosesnya agar kamu benar-benar terhindar dari perilaku buruk satu ini.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru