Gara-gara Pandemi, Sejumlah Wanita di Jepang Bahkan Kesulitan Beli Kebutuhan Produk Menstruasi
Pixabay/Saranya7
Dunia

Survei di Jepang menunjukkan terdapat golongan wanita yang kesulitan membeli kebutuhan akan produk menstruasi akibat pandemi COVID-19. Masalah itu pun ikut mempengaruhi aspek kehidupan yang lain.

WowKeren - Bagi beberapa wanita di Jepang, kemerosotan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 juga membuat barang-barang penting pun tidak mudah dimasukkan ke dalam anggaran bulanan. Sekitar 8% wanita yang disurvei telah berjuang untuk membeli produk kebersihan kewanitaan karena kendala keuangan bahkan sejak Februari 2020.

Melansir The Japan Times, menurut studi yang baru-baru ini oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan. Kementerian memutuskan untuk menyelidiki masalah tersebut menyusul laporan tentang wanita yang tidak mampu membayar biaya produk sanitasi pokok yang penting.

Dari hasil survei yang dirilis Rabu, menunjukkan bahwa masalah tersebut telah mempengaruhi gadis-gadis muda dan perempuan dengan sangat keras. Dengan lebih dari 12% responden berusia 20-an atau lebih muda mengatakan mereka telah berjuang "sering" atau "kadang-kadang" untuk mendapatkan produk sanitasi beberapa bulan ini.

Sebanyak 244 responden dari segala usia yang mengaku kesulitan membeli produk tersebut selama masa pandemi mengatakan, masalah tersebut telah mempengaruhi kehidupan sosial dan pribadi mereka. Termasuk membuat mereka sulit berkonsentrasi di tempat kerja atau sekolah.

Membatasi kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan rumah dan membuat mereka kesulitan. Selain itu, banyak wanita yang berjuang untuk mendapatkan produk menstruasi mengatakan bahwa mereka menderita kecemasan atau gangguan mood.


Rendahnya pendapatan menjadi alasan utama bagi mereka yang kesulitan mendapatkan produk saniter. Sekitar 37,7% wanita mengatakan pendapatan mereka tidak mencukupi. 28,7% mengatakan mereka tidak memiliki cukup uang untuk dibelanjakan untuk diri mereka sendiri. Sementara 24,2% mengatakan mereka harus membelanjakan uang mereka untuk kebutuhan pokok lainnya.

Pembalut yang digunakan untuk menstruasi harus diganti beberapa kali sehari dan kebanyakan wanita membelinya dalam jumlah banyak. Menambah beban keuangan pada perempuan berpenghasilan rendah. Di mana produk sanitasi sendiri dikenakan pajak konsumsi standar 10%, meskipun kampanye dari aktivis untuk membebaskan mereka.

Survei online dilakukan pada awal Februari yang melibatkan 3.000 wanita berusia 18-49 tahun yang mengajukan diri untuk berpartisipasi. Kuisioner berfokus pada periode Februari 2020, sekitar waktu ketika COVID-19 mulai menyebar di Jepang.

Hampir 50% dari mereka yang mengatakan punya masalah dengan pembelian produk sanitasi tidak tahu apakah kotamadya setempat atau organisasi pendukung perempuan di daerah mereka mendistribusikan barang-barang tersebut secara gratis. Bahkan mereka yang tahu cara mendapatkan bantuan pun tidak serta merta mengakses layanan tersebut.

Beberapa perempuan yang mengetahui bahwa produk saniter dibagikan secara gratis kepada masyarakat berpenghasilan rendah mengaku tidak menggunakan bantuan tersebut karena malu untuk meminta atau takut akan tanggapan orang lain. Dari mereka yang mengetahui tentang bantuan tersebut, hanya 17,8% yang menggunakannya.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru