Perajin tahu dan tempe akhirnya kembali melakukan produksi usai mogok serentak terkait protes harga kedelai mahal. Kini para perajin pun mengatur siasat untuk bisa bertahan.
Adapun aksi mogok produksi itu telah berlangsung selama tiga hari sejak 21 Februari lalu. Setelah itu, perajin tahu dan tempe dipastikan akan kembali memproduksi makanan berbahan baku kedelai tersebut.
Diketahui, aksi mogok produksi ini dilakukan perajin tahu-tempe selama tiga hari sebagai bentuk protes atas melambungnya harga kedelai impor yang menjadi bahan baku tahu-tempe.
Kementerian Pertanian mengungkap rencana untuk target produksi 1 juta ton kedelai di tahun 2022. Hal itu guna memenuhi kebutuhan nasional untuk jangka panjang.
Sebagian pedagang tahu-tempe di Pasar Induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, juga tidak ikut melakukan aksi mogok kerja. Mereka tetap berjualan seperti biasa pada Selasa (22/2).
Beda dengan tahu, para perajin tempe mengalami kesulitan tersendiri dengan harga kedelai impor yang makin melambung. lantas, apa perbedaan kedelai impor dan lokal?
Selain di Jakarta, stok tahu-tempe juga terpantau kosong di sejumlah pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan pada Senin (21/2) hari ini. Hal ini merupakan imbas para perajin tahu-tempe mogok kerja selama selama tiga hari.
Belum selesai dengan permasalahan kelangkaan minyak goreng, kini pedagang gorengan dipusingkan dengan ketersediaan tempe dan tahu yang susah didapatkan. Di sisi lain, perjain tempe dan tahu pun menggelar aksi protes.
Aksi mogok produksi perajin tahu dan tempe tersebut merupakan imbas melambungnya harga kedelai yang kini mencapai kisaran Rp 11 ribu per kilogram dari yang awalnya hanya Rp 9 ribu.
Perajin tahu dan tempe di wilayah Jabodetabek bahkan mengancam akan melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari pekan depan akibat kenaikan harga kedelai impor.