AS Catat Korban Tewas COVID-19 Terbanyak di Dunia, Trump Ngotot Ingin Cabut Lockdown
Getty Images
Dunia

Presiden berusia 73 tahun tersebut bahkan secara khusus menyatakan maksudnya untuk kembali membuka aktivitas perekonomian di seluruh negara bagian AS pada 1 Mei mendatang.

WowKeren - Amerika Serikat telah mencatatkan kasus kematian tertinggi akibat virus corona (COVID-19) di dunia, melewati jumlah korban tewas di Italia. Hingga berita ini ditulis, negara adi daya tersebut telah melaporkan sebabanyk 22,090 kematian. Jumlah ini bertambah 1,513 korban hanya dalam kurun waktu 24 jam.

Angka kematian ini tercatat jadi yang tertinggi sejauh ini sejak wabah COVID-19 pertama kali dilaporkan di pusat kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun 2019 lalu. Meski demikian, Presiden AS Donald Trump masih bersikukuh untuk membuka kembali lockdown negaranya demi perekonomian.

Presiden berusia 73 tahun tersebut bahkan secara khusus menyatakan maksudnya untuk kembali membuka aktivitas perekonomian di seluruh negara bagian AS pada 1 Mei mendatang. Keinginan Trump ini berdasarkan pertimbangan perekonomian AS yang tidak boleh mengalami penurunan.

Dalam keterangannya, Trump mengatakan kasus infeksi corona AS "sudah dekat puncaknya" dan kebijakan jarak sosial berjalan dengan baik. "Saya harus membuat keputusan dan saya hanya berharap kepada Tuhan bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Tetapi tanpa ragu saya akan mengatakan ini adalah keputusan terbesar yang pernah saya buat," kata Trump dalam konferensi pers.

Bukan hanya itu, Trump bahkan menyebut kalau risiko kematian akan lebih tinggi jika kegiatan perekonomian tidak segera dibuka. "Tapi tahukah Anda? Tetap di rumah juga menyebabkan kematian," kilahnya, merujuk pada krisis ekonomi yang dialami jutaan orang Amerika akibat corona.


Untuk mendukung keputusannya ini, Trump mengatakan akan mengumumkan anggota gugus tugas baru pada pekan depan. Kelompok ini terdiri dari "dokter dan pebisnis yang sangat hebat," serta "mungkin gubernur negara bagian". "Saya menyebutnya gugus tugas pembukaan negara kami atau dewan pembukaan negara kami," ujar Trump.

Sebelumnya, Trump mengklaim kalau tingginya jumlah kasus COVID-19 di AS disebabkan karena mereka melakukan tes besar-besaran. Trump bahkan menyebut pengujian COVID-19 di negaranya adalah yang terbanyak di dunia. Sehingga dengan upaya tersebut, banyak kasus berhasil terdeteksi.

AS juga mencatat semua kematian pasien yang positif virus Corona. Hal itu berbeda dengan negara lain yang tidak menghitung pasien apabila memiliki penyakit lain. Meski positif Corona, pasien bisa saja meninggal karena penyakit bawaan.

"Bila virus itu itu membuat kamu masuk ICU dan kemudian kamu terkena masalah jantung atau ginjal, beberapa negara mencatatnya sebagai masalah jantung atau ginjal, dan bukan kematian COVID-19," ujar Dr. Deborah Birx, Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih. "Tujuan saat ini adalah bahwa jika seseorang meninggal dengan COVID-19, kita menghitungnya sebagai kematian COVID-19."

Di sisi lain, pakar kesehatan AS telah mengatakan kalau penutupan massal alias lockdown baru bisa diketahui kapan berakhirnya tergantung dari perkembangan virus itu sendiri. Namun selama masa lockdown berlangsung, setidaknya ada sebanyak lebih dari 16 juta penduduk yang mengajukan klaim pada Trump untuk memberikan tunjangan pengangguran.

Hal inilah yang diduga menjadi pemicu Trump untuk mempertimbangkan memajukan masa berakhir lockdown di Amerika Serikat dan membuka kembali perekonomian nagara tersebut.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait