7 Hal yang Perlu diperhatikan Sebelum Memulai Toilet Training pada Anak
pexels.com/Christa Grover
SerbaSerbi

Meski proses yang dilakukan sebagian besar sama, namun Anda harus memahami jika setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga diperlukan kesabaran.

WowKeren - Sebagai orang tua, ada banyak hal yang bisa menjadi tantangan dalam mengajari anak akan hal baru. Salah satunya toilet training. Mengajari anak untuk bisa buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK) bisa jadi hal yang sulit. Pasalnya sejak bayi, anak terbiasa BAB dan BAK dengan bantuan Anda.

Mengubah kebiasaan yang sudah lama dilakukan memang bukan hal yang mudah namun membutuhkan kesabaran. Begitu juga dengan prosesnya, tidak akan berjalan begitu saja. Anda harus melalui beberapa tahapan sebelum akhirnya bisa mengajari anak untuk BAB dan BAK sendiri.

Meski proses yang dilakukan sebagian besar sama, namun Anda harus memahami jika setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mempelajari hal baru. Begitu juga sebaliknya, Anda harus siap sebelum memulai toilet training pada anak. Untuk lebih jelasnya, simak hal-hal yang perlu diperhatikan saat memulai toilet training untuk anak.

(wk/zodi)

1. Pastikan Anak Siap Memulainya


Pastikan Anak Siap Memulainya
pexels.com/Vlada Karpovich

Selain kesiapan orang tua, kesiapan anak juga tak kalah penting untuk diperhatikan. Ada beberapa indikator yang bisa menunjukkan apakah anak sudah bisa untuk memulai toilet training. Misalnya ketika ia sudah mulai bisa meniru cara menggunakan toilet dan mengerti perintah sederhana yang Anda berikan.

Pastikan anak sudah bisa melepas celananya sendiri ketika basah atau kotor sehingga saat toilet training mulai berjalan, ia bisa segera melakukannya ketika mulai merasakan sensasi ingin BAK atau BAB. Biasanya anak juga akan memberikan sinyal ketika merasakan ada tekanan di kandung kemih atau ususnya dengan berjongkok atau memegangi celana.

2. Ajarkan Anak Cara Menyampaikan Keinginan BAB


Ajarkan Anak Cara Menyampaikan Keinginan BAB
pexels.com/Ketut Subiyanto

Langkah ini bisa jadi gampang-gampang susah. Jelaskan bagaimana ia harus mengutarakan keinginannya untuk BAB atau BAK. Misalnya ketika anak mulai merasakan perut mules yang disertai dorongan untuk mengeluarkannya.

Atau saat ia ingin BAK di mana ia merasa harus ada yang segera dikeluarkan dari alat kelaminnya. Pastikan Anda menjelaskan kepada anak dengan bahasa yang mudah dipahami. Untuk memudahkan si kecil, jelaskan terlebih dahulu apa itu BAB dan BAK.

3. Menunjukkan Pada Anak Tempat yang Harus Dituju


Menunjukkan Pada Anak Tempat yang Harus Dituju
pexels.com/Hafidz Alifuddin

Saat anak mulai merasakan keinginan BAB atau BAK, tunjukkan padanya ke mana ia harus pergi. Karena anak masih belum terbiasa melakukannya di toilet, sebaiknya gunakan pispot atau dudukan kloset untuk tahap pembelajaran ini.

Jadi, ketika anak mulai merasakan dorongan ingin BAB atau BAK, arahkan ia ke pispot atau dudukan kloset untuk mengeluarkannya. Jika langkah ini dilakukan terus-menerus maka anak akan terbiasa menuju ke toilet saat ingin BAB atau BAK tanpa harus memberitahu Anda.

4. Ajari Anak Tahapan yang Benar


Ajari Anak Tahapan yang Benar
pexels.com/Elly Fairytale

Selain menunjukkan anak tempat ke mana ia harus pergi jika ingin BAK dan BAB, Anda juga harus memberitahukan kepadanya tahapan yang benar. Mulai dari melepas celana, membasuh alat kelamin yang benar, hingga menyiram kloset saat sudah selesai buang air.

Untuk pembasuhan alat kelamin usai BAK, ajari si kecil untuk melakukannya dari depan ke belakang. Hal ini bertujuan untuk mencegah datangnya kuman. Pastikan si kecil sudah dalam usia yang mampu mencerna informasi ini, yakni sekitar 4 hingga 5 tahun.

5. Pasang Alarm


Pasang Alarm
pexels.com/Pixabay

Ada baiknya Anda juga memasang alarm agar tidak "kecolongan". Normalnya, anak akan buang air kecil setiap dua hingga tiga jam sekali. Dengan mengatur alarm setiap dua jam maka Anda bisa melakukan langkah antisipasi. Sebab bisa jadi, kesibukan Anda memasak, mencuci, atau pun bersih-bersih membuat Anda lupa tentang toilet training anak.

Begitu alarm berbunyi, Anda harus segera membawa si kecil ke toilet untuk buang air. Cara ini cukup efektif diterapkan untuk membangun kebiasaan dalam diri si kecil. Jika sudah waktunya, ia akan berlari ke kamar mandi seperti yang Anda ajarkan. Ada baiknya Anda juga membiasakan anak BAK sebelum tidur agar tidak mengompol.

6. Jangan Sampai Memarahi Anak Jika Ia Salah


Jangan Sampai Memarahi Anak Jika Ia Salah
pexels.com/August de Richelieu

Saat percobaan pertama mungkin tidak bisa berjalan sesuai ekspektasi. Ini adalah hal yang wajar. Karena mengubah kebiasaan membutuhkan proses, maka Anda harus memikirkan cara agar anak mau mencobanya lagi dan lagi.

Jika ia tetap BAB atau BAK di celana meskipun Anda sudah mengajarinya, jangan marah. Sebaliknya, berikan motivasi padanya agar ia mau mencobanya lain kali. Membiarkan diri Anda tersulut emosi dan memarahi si kecil justru bisa membuatnya patah semangat.

7. Ada Kalanya Tak Langsung Berhasil


Ada Kalanya Tak Langsung Berhasil
pexels.com/Ketut Subiyanto

Kesabaran Anda menjadi kunci penting untuk keberhasilan proses ini. Anda harus paham jika percobaan ini tak langsung berhasil. Konsistensi sangat diperlukan demi keberhasilan upaya ini. Jika anak gagal mencoba dalam 2-3 kali percobaan, janganlah berputus asa. Tetap sabar dan motivasilah si kecil agar mau terus mencoba.

Itulah tadi beberapa hal penting yang harus diketahui orang tua sebelum memulai toilet training pada anak. Tak ada salahnya Anda memberikan pujian saat si kecil berhasil untuk tidak BAB di celana. Hal ini bermanfaat untuk membangun motivasi dalam dirinya.

Selain toilet training, Anda juga bisa menyimak artikel ini untuk mengetahui trik yang bisa dilakukan saat Anak susah minum obat. Di artikel berikut Anda juga bisa mengetahui bagaimana cara jitu menangani anak yang malas belajar.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait